TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK BMT NU
Agustus 03, 2017
A. JENIS DAN KAREKTERISTIK TABUNGAN KSPP. SYARIAH. BMT NU
1. Simpanan Anggota ( SIAGA);
SIAGA merupakan Simpanan Pemilik KSPP. SYARIAH. BMT NU dengan bagi hasil yang menguntungkan yaitu 70% dari SHU (maksimal 60% sebagai partisipasi modal dan minimal 10% sebagai dana cadangan). Produk ini menggunakan Akad Musyarakah. SIAGA terdiri dari SIAGA Pokok dibayar satu kali sebesar Rp. 100.000,- SIAGA Wajib dibayar setiap bulan Rp. 20.000,- dan SIAGA Khusus dibayar kapan saja dengan minimal setoral Rp. 1.000.000,- SIAGA Pokok dan Wajib hanya dapat ditarik ketika berhenti dari ke-Anggota-an, sedangkan SIAGA Khusus dapat ditarik setiap bulan Januari.
2. Simpanan Berjangka Mudlarabah ( SIBERKAH)
SIBERKAH merupakan Simpanan dengan keuntungan yang melimpah dengan bagi hasil 65%. Produk ini menggunakan Akad Mudlarabah Muthlaqah. Setoran minimal Rp. 500.000,- dengan jangka waktu minimal satu tahun.
3. Simpanan Berjangka Wadi’ah Berhadiah ( SAJADAH)
SAJADAH merupakan Simpanan dengan keuntungan yang dapat dinikmati diawal dengan memperoleh Hadiah langsung tanpa diundi. Produk ini menggunakan Akad Wadiah Yad Al-Dhamanah dan dapat ditarik sesuai dengan kesepakatan bersama.
4. Simpanan Pendidikan Fathonah ( SIDIK Fathonah )
SIDIK FATHONAH merupakan simpanan untuk Siswa dan Orang tua siswa yang ingin meraih cita-cita pendidikan secara sempurna dengan bagi hasil 45% yang menguntungkan. Produk ini menggunakan Akad Mudlarabah Muthlaqah yang dapat disetor kapan saja dan dapat ditarik pada saat Tahun Ajaran baru dan semesteran. Setoran awal Rp. 2.500,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 500,-
5. Simpanan Haji dan Umrah (SAHARA)
SAHARA merupakan simpanan yang dapat mempermudah menunaikan ibadah Haji dan Umrah dengan memperoleh keuntungan yang melilmpah dengan bagi hasil 65% sebagai bekal tambahan biaya Haji dan Umrah. Produk ini menggunakan Akad Mudlarabah Muthlaqah dengan setoral awal minimal Rp. 1.000.000,-
6. Simpanan Lebaran (SABAR)
SABAR merupakan simpanan yang bisa mempermudah untuk memenuhi kebutuhan lebaran dengan memperoleh keuntungan dari bagi hasil sebesar 55%. Produk ini menggunakan akad Mudlarabah Muthlaqah dengan setoran awal Rp. 25.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-. Setoran kapan saja sedangkan penarikannya hanya dapat dilakukan pada Bulan Ramadlan.
7. Tabungan Mudlarabah ( TABAH )
Produk ini merupakan tabungan yang bias mempermudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena setoran dan penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Setoran awal tabungan ini Rp. 10.000,- dan setoran selanjutnya Rp. 2.500,-. Tabungan ini juga memperoleh keuntungan dari bagi hasil sebesar 40%.
8. Tabungan Ukhrawi ( TARAWI )
TARAWI merupakan tabungan sekaligus media beramal tanpa kehilangan uang tabungan karena bagi hasil tabungan anda disedekahkan kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. Menggunakan Akad Mudlarabah Muthlaqah dengan setoran awal Rp. 25.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,- dengan bagihasil 50%.
B. DASAR HUKUM PRODUK TABUNGAN KSPP. SYARIAH. BMT NU
Aplikasi Tabungan dalam praktiknya di KSPP. SYARIAH. BMT NU, jika ditinjau dari kacamata Fiqh lebih mendekati tigahal, yaitu : Wadiah, Mudlarabah dan Musyarakah. Pertama; Wadiah (Titipan). Secara Etimologi Wadiah bermakna Meninggalkan atau meletakkan, dan juga bermakna barang yang dititipkan, sedangakan secara Terminologi Wadiah adalah meletakkan ataumenitipkan sesuatu kepada orang lain untuk dipelihara dan dijaga (Kifayatul Akhyar, II, Hal.35). Dari pengertian tersebut Wadiahadalah sebuah amanah (kepercayaan yang harus dijaga dengan baik). Kebolehan Wadiah didasarkan kepada ayat al-Qur'an yang berbunyi:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”
(QS. An Nisaa : 57) dan Hadits Nabi:
أَدِّ اْلأمَاَنةَِ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
Artinya; ” Tunaikanlah amanah yang dipercayakan kepadamu dan janganlah kamu mengkhiatani terhadap
orang yang telah mengkhianatimu” (H. R. Abu Dawud dan Tirmidzi).
KSPP. SYARIAH. BMT NU (Sebagai Lembaga yang dititipi barang) berkewajiban menjaga barang tersebut di tempat penyimpanan yang standar untuk keamanan barang yang dititipkan kepadanya (yakni di hirzu mitslih) (Ghayah Wat Taqrib Fil Fiqhis Syafi’i, Hal. 193).
Pada Prinsipnya Wadiah adalah bersifat Yadul Amanah (berdasarkan kepercayaan/trusty), dalam artian, barang yang dititipkan merupakan bentuk Amanah (kepercayaan) yang harus dijaga dengan baik, tidak boleh digunakan dan dimanfaatkan dan tidak ada kewajiban bagi wadi’ (orang yang dititipi) untuk menanggung kerusakan kecuali karena kelalaiannya. Namun statusWadiah ini bisa berubah, yang pada asalnya Yadu Amanah menjadi Yadu Al-Dhamanah (yaitu wadi’ harus menanggung kerusakan atau kehilangan pada barang titipan ) apabila: Wadi' menggunakan dan memanfaatkan barang titipan, mencampur dengan barang lain yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat dibedakan (Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, V, Hal. 663).
Dalam praktiknya di KSPP. SYARIAH. BMT NU, Wadi'ah Yadu Dhamanah yang secara khusus disebut SAJADAH (Simpanan Berjangka Wadi'ah Berhadiah), KSPP. SYARIAH. BMT NU menadzarkan (berjanji) akan memberikan hadiah kepadapenabung yang memiliki tabungan dalam jumlah tertentu, dan Nadzar tersebut dilakukan diluar akad Wadi'ah (Laisa Fi Shulbil 'Aqdi), karena apabila janji tersebut dilakukan pada waktu akad Wadi'ah maka hukumnya menjadi riba. Disamping itu, pemberian Hadiah tidak dibenarkan jika dimaksudkan untuk menyiasati agar tidak terjebak dalam praktek riba melainkan sebagai ungkapan tanda terima kasih KSPP. SYARIAH. BMT NU kepada penabung atas terjalinnya kemitraan yang baik dan saling menguntungkan.
إعانة الطالبين - (ج 2 / ص 361)
يكفي في صيغة النذر نذرت كذا وإن لم يذكر مع هذه الصيغة لفظ لله وعبارة النهاية ويكفي في صراحتها أي الصيغة نذرت لك كذا وإن لم يقل لله
الدعوة التامة والتذكرة العامة – القطب الحداد ص 96-97
والحيلة فى الربا من الرباوقد قال كثير من العلماء بعدم جوازها وانها لا تفيد شيئا سوى زيادة المقت والسخط وخشية الاحتيال على الله فى استحلال ما حرمه بغير حجة ولا وجه مسوغ ، ومنهم من قال بجوازها بالنسبة الى احكام الدنيا دون احكام الأخرة وهذا ايضا شديد لمن تأمله قد تناط من حيث الظواهر بأمور قريبة مع كونها فى الباطن وبالنسبة الى امور الأخرة من الامور الهائلة المسخطة لله تعالى الموجبة لمقته وشديد عذابه ، وانظر الى حال المنافق الذي يظهر الايمان ويضمر الكفر كيف تجري أموره الظاهرة كلها على مثل امور المؤمنين ثم يكون فى الأخرة اسوأ حالا واشد عذابا من الكافرين الذين اظهروا الكفر وذلك لمخادعته لله واحتياله عليه فلا يأمن المحتال بالحيل التي يستحل بها ما حرم الله عليه ان يكون اسوأ حالا ممن تعاطى ذلك المحرم ظاهرا من غير احتيال فلعل الله ان يتجاوز عنه او يوفقه للتوبة ، واما هذا المحتال فمتى يتوب من شيء يرى أنه ليس بذنب ولا محرم عليه وذلك من اعظم مكائد الشيطان يوقع الإنسان فى بعض مساخط الله ثم يوهمه ويلبس عليه بأن ذلك من الطاعات او من المباحات ، فليحذر المسلم من امثال ذلك وليحذر من تغرير الشيطان فإنه من اتخذ الشيطان وليا من دون الله فقد خسر خسرانا مبينا يعدهم ويمنيهم وما يعدهم الشيطان الا غرورا . فالمحتال فى استحلال الربا التى حرمه الله عليه بنذر او اقرار ونحو ذلك - وهو يعلم من باطنه أنه لم يقصد بذلك النذر والإقرار الا ليجيزه فى الظاهر على من لا يعلم بالباطن من المخلوقين - مغرور مخادع لله القوي الظاهر الذي لا يخفى عليه شيء فى الأرض ولا فى السماء . والذي يكتب لهؤلاء المحتالين والذي يشهد لهم بذلك مهما علموا ببواطن امورهم وغلب على ظنهم قصدهم ذلك بقرائن احوالهم شركائهم فى باطلهم وغرورهم وما يترتب على ذلك من التعرض لعقاب الله وعذابه ﴿ وسيعلم الذين ظلموا اي منقلب ينقلبون ﴾ ثم اعلم أن مداخل الربا كثيرة : وعلى التاجر ان يتعلم من ذلك ما يكثر وقوعه ويكثر تعاطى الناس له ، وما اشكل عليه بعد ذلك سأل عنه اهل العلم الذين يخشون الله ويتقونه دون العلماء المترخصين المتأولين الآخذين من العلم بظواهر اكثرها لا يصح ولا يستقيم عند العلماء بكتاب الله وسنة رسوله وسير السلف الصالح . واعلم ان الربا وشبهه من المعاملات الفاسدة قد عمت فى هذا الزمان وفشت جدا ودخل فيها الخاص والعام الا من حفظه الله وقليل ماهم وهذا شيء قد وعد به الصادق الأمين صلوات الله عليه وسلامه فانه قال ﴿ يأتي على الناس زمان لا يبقى احد الا اكل الربا فان لم يأكله اصابه من غباره ﴾ الحديث
Yang kedua, tabungan juga bisa dimasukkan dalam kategori Investasi/ Mudharabah, adalah suatu bentuk perniagaan dimana pemilik modal (Mitra) menyetorkan modalnya kepada pengelola (KSPP. SYARIAH. BMT NU) untuk digunakan dalam sebuah usaha dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian, jika ada akan ditanggung oleh si pemilik modal. Dengan demikian cara investasi melibatkan pemilik modal (Mitra), pengelola modal (KSPP. SYARIAH. BMT NU), modal (dana) harus jelas berapa jumlahnya, jangka waktu pengelolaan modal, jenis pekerjaan atau proyek yang di biayai, dan porsi bagi hasil keuntungan.
Para ulama sepakat bahwa sistem penanaman modal ini dibolehkan. Dasar hukum dari sistem Mudlarabah ini adalah ijma’ ulama yang membolehkannya. Seperti dinukilkan Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan lainnya (Maratib Al-Ijma’, Hal:91).
الفقه الإسلامي وأدلته ج.5 ص.3924
تعريف المضاربة: المضاربة : هي أن يدفع المالك إلى العامل مالاً ليتجر فيه، ويكون الربح مشتركاً بينهما بحسب ما شرطا
Yang ketiga, tabungan juga bisa dimasukkan dalam kategori Investasi/ musyarakah, adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja sama dengan tujuan memperoleh keuntungan. (Fathul Bari V: 129). Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan dalil hadits Nabi S.A.W berupa taqrir terhadap syirkah. Pada saat Baginda diutus oleh Allah sebagai nabi, orang-orang pada masa itu telah bermuamalat dengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad S.A.W membenarkannya. Sabda Baginda sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra: Allah ‘Azza wa jalla telah berfirman; Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya khianat, aku keluar dari keduanya. (HR. Abu dawud, al-Baihaqi dan ad Daruquthni).
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PRODUK PEMBIAYAAN/PINJAMAN KSPP. SYARIAH. BMT NU
A. JENIS DAN KAREKTERISTIK PEMBIAYAAN KSPP. SYARIAH BMT NU
1. AL-QARDLUL HASAN (Pinjaman/Pembiayaan dengan jasa seikhlasnya)
2. MURABAHAH/BAI' BITS TSAMANIL AJIL (Pinjaman dengan sistem jual-beli)
3. MUDLARABAH/MUSYARAKAH (Pembiayaan dengan pola bagi hasil)
4. RAHN (Pembiayaan dengan sistem gadai).
B. DASAR HUKUM PRODUK PEMBIAYAAN
1. AL-QARDLUL HASAN
Al-Qardhu secara makna literlacnya berarti Al-Qath’u (memotong). Dinamakan demikian karena pemberi utang (muqrid) memotong sebagian hartanya dan memberikannya kepada pengutang. Adapun pengertiannya secara syara’ adalah memberikan harta kepada orang yang mengambil manfaatnya, lalu orang tersebut mengembalikan gantinya. Dalam bahasa lain: penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama, dan hukum asal Qardh adalah sunnah (Fiqhus Sunnah, III, Hal. 144).
Dasar hukum bolehnya Utang-piutang tersebut dijelaskan dalam ayat al-Qur'an diantaranya:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
Artinya: “ Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak” (Q.S. Al Hadid: 11). Dan Rasulullah bersabda:
ما من مسلم يقرض مسلما قرضا مرتين إلا كان كصدقتها مرة
Artinya: “ Tiada orang muslim yang memberikan utang kepada seorang muslimin dua kali, kecuali piutang
nya bagaikan sedekah satu kali” (HR. Ibnu Majah),
Dalam Qardh (hutang-piutang), ada beberapa unsur yang harus terpenuhi: orang yang berhutang, orang yang menghutangkan, ijab-qabul, sesuatu yang dihutangkan, sedangkan syarat yang harus terpenuhi dalam sahnya Hutang adalah:
a. Barang yang dipinjamkan adalah bernilai harta (kekayaan), dan termasuk barang Mitsil (Barang yang memiliki kesepadanan).
b. Yang melakukan akad adalah orang yang mampu mengelola dan bertanggung jawab atas hartanya (ahliyatut tabarru’), Yaitu orang yang sudah baligh, berakal, cerdas (dewasa) dan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa).
c. Pada waktu akad tidak boleh disyaratkan membayar lebih dari hutangnya (Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, V, Hal. 663). Rasulullah SAW. bersabda:
كل قرض جرمنفعة فهو وجه من وجوه الربا . ﴿ اخرجه البهقى ﴾
Artinya: “ Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu salah satu dari beberapa macam riba” (Riwayat Baihaqi).
Namun Rasulullah mengajarkan kepada ummatnya untuk melunasi hutang dengan baik, Bahkan, sunnah hukumnya bagi yang berhutang mengganti hutangnya lebih dari hutang asalnya. Sebagaimana Rasulullah pernah meminjam sesuatu kepada abu Bakar, lalu beliau melunasinya dengan lebih baik. Dan beliau bersabda:
﴿ إن خيركم أحسنكم قضاء ﴾
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam mengembalikan pinjaman.”
Karena hal Ini merupakan akhlak yang terpuji, baik menurut adat maupun syara’, dan bukan termasuk pinjaman yang mendatangkan manfaat. Karena tambahan tersebut tidak disyaratkan oleh pemberi utang, juga tidak adanya kesepakatan akan hal itu antara dia dan pengutang, akan tetapi tambahan tersebut diberikan secara suka rela oleh pengutang (Mitra). Demikian juga jika pengutang sebelumnya sudah terbiasa melakukan suatu jasa kepada pemberi utang, dan ia melakukannya bukan karena utangnya kepada pemberi utang. Maka dalam hal ini, pemberi utang boleh menerimanya, karena tidak ada larangan di dalamnya.
2. MURABAHAH/ BAI' BITS TSAMANIL AJIL
Pengertian Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna: saling) dari kata ribh yang artinya keun-tungan, yakni pertambahan nilai modal (jadi artinya saling mendapatkan keuntungan). Menurut terminologi ilmu fiqih artimurabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai maupun kredit, dan dimungkinkan terjadi tawar menawar harga dari kedua belah pihak.
Di KSPP. SYARIAH. BMT NU memberlakukan harga jual yang telah disepakati, dan tidak akan berubah selama jangka waktu pembiayaan walaupun dalam masa tersebut terjadi perubahan harga di pasar. Dan tidak akan mengalami perubahan juga walaupun pelunasan pinjaman melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Hal yang membedakan murabahah dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh.
Murabahah yang sering terjadi di KSPP. SYARIAH. BMT NU ada dua macam:
a. Murabahah Berdasarkan Pesanan (Murabahah to the purcase order). Murabahah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat. Mengikat bahwa apabila telah memesan barang harus dibeli sedangkan tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.
b. Murabahah Tanpa Pesanan. Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri oleh penjual.
Dasar hukum kebolehan murabahah diambil dalam Al-Qur'an, yang artinya "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"(QS.2:275). dan juga firman Allah, yang artinya "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka rela diantaramu." (QS.4:29)
Dalam Al-Hadist, Dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasullulah Saw bersabda: "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka".(HR.al-Baihaqi,Ibnu Majah dan Shahi menurut Ibnu Hibban). Dan pada suatu saat, sayyidina Abu Bakar RA. ketika hendak berhijrah, beliau membeli dua ekor unta, kemudian Rasul berkata kepadanya: kuasakanlah salah satunya kepadaku, kemudian Abu Bakar menjawab, Bagi engkau aku tidak akan mengambil sesuatu, Rasul menjawab: kalau engkau tidak mengambil hasil maka aku tidak mau (Al-Mabsuth, XV, Hal: 454).
Dalam skim Murabahah, fungsi KSPP. SYARIAH. BMT NU adalah sebagai Penjual barang untuk kepentingan Nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan Nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada Nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan KSPP. SYARIAH. BMT NU dan KSPP. SYARIAH.BMT NU memberitahukan secara jujur harga pokok Barang berikut biaya yang diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada mitra.
Dalam praktik pelaksanaan akad Murabahah, ada tiga cara yang diterapkan oleh KSPP. SYARIAH. BMT NU :
a. KSPP. SYARIAH. BMT NU membeli barang (yang diminta oleh Mitra) secara tunai ke supplier/toko, setelah barangnya diperoleh, pihak BMT NU memanggil Mitra datang ke kantor untuk melakukan akad Murabahah/BBA dengan ijab-qabul dan penjelasan laba yang diterima KSPP. SYARIAH. BMT NU beserta sistem pembayarannya.
b. Cara kedua ini dilakukan manakala cara pertama tidak bisa dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan. Cara yang kedua ini KSPP. SYARIAH.BMT NU menunjuk calon Mitra sebagai wakil KSPP. SYARIAH.BMT NU untuk membeli barang ke supplier/toko. Setelah barang diperoleh dan barang tersebut diperlihatkan kepada pihak BMT NU, pihak BMT NU melaksanakan transaksi akad Murabahah/BBA dengan ijab-qabul dan penjelasan laba yang diterima BMT NU beserta sistem pembayarannya. Dan apabila calon peminjam tidak bisa menunjukkan barang yang telah dibeli maka proses peng-akatan Murabahah dilaksanakan dengan menunjukkan Nota pembelian barang.
c. Cara ketiga adalah peralihan. Cara ketiga ini dilakukan manakala cara pertama dan cara kedua tidak bisa dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu dengan merubah akad dari Murabahah menjadi akad Rahn (Titipan Jaminan), danKSPP. SYARIAH. BMT NU mengambil biaya titip penjagaan jaminan setiap bulan.
Ketiga cara ini yang memberikan ciri khusus bagi KSPP. SYARIAH.BMT NU, dan membedakan dengan lembaga keuangan lainnya. Cara-cara tersebut didasarkan pada:
الشرح الكبير للدردير - (ج 3 / ص 151)
(وجاز) لمشتر وموهوب شيئا (البيع قبل القبض) من البائع والواهب (إلا مطلق طعام المعاوضة) أي الذي في مقابلة شئ وأراد بمطلقه ربويا كقمح أو لا كتفاح فلا يجوز بيعه قبل قبضه
فتح المعين - (ج 3 / ص 90)
( ولا يبيع ) الوكيل لنفسه وموليه وإن أذن له في ذلك وقدر له بالثمن خلافا لابن الرفعة لامتناع اتحاد الموجب والقابل وإن انتفت التهمة
كفاية الأخيار - (ج 1 / ص 274)
(ولا يجوز أن يبيع لنفسه ولا يقر على موكله) ليس للوكيل في البيع أن يبيع لنفسه وكذا ليس له أن يبيع لولده الصغير لأن العرف يقتضي ذلك وسببه أن الشخص حريص بطبعه على أن يشتري لنفسه رخيصا وغرض الموكل الاجتهاد في الزيادة وبين الغرضين مضادة. ولو باع لأبيه أو ابنه البالغ فهل يجوز وجهان ؟ أحدهما لا خشية الميل والأصح الصحة لأنه لا يبيع منهما إلا بالثمن الذي لو باعه لأجنبي لصح فلا محذور قال ابن الرفعة ومحل المنع في بيعه لنفسه فيما إذا لم ينص على ذلك أما إذا نص دل على البيع من نفسه وقدر الثمن ونهاه عن الزيادة فإنه يصح البيع واتحاد الموجب والقابل إنما يمنع لأجل التهمة بدليل الجواز في حق الأب والجد والله أعلم
3. MUDLARABAH
Mudlarabah diambil dari kata dharb (mengambil) keuntungan dengan saham yang dimiliki. Dalam istilah bahasa Hijaaz disebut juga sebagai qiraadh, karena diambil dari kata muqaaradhah yang artinya penyamaan dan penyeimbangan(Al-Mughni, X, Hal:140).
Sedangkan dalam istilah para ulama, Mudharabah memiliki pengertian: Pihak pemodal (Investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk diperdagangkan dengan pembagian keuntungan diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari Shahib Al Mal (pemilik modal) dan keahlian dari Mudharib (BMT NU).
Para ulama sepakat bahwa sistem penanaman modal ini dibolehkan. Dasar hukum dari sistem Mudlarabah ini adalah ijma’ ulama yang membolehkannya. Seperti dinukilkan Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan lainnya (Maratib Al-Ijma’, Hal:91).
Mudharabah terbagi menjadi dua jenis:
a. Al Mudharabah Al Muthlaqah (Mudharabah bebas). Pengertiannya adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal (investor/Shohib Al Mal) menyerahkan modal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha, tempat dan waktu dan dengan siapa pengelola bertransaksi. Jenis ini memberikan kebebasan kepada Mudhorib (pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan.
b. Al Mudharabah Al Muqayyadah (Mudharabah terbatas). Pengertiannya pemilik modal (investor) menyerahkan modal kepada pengelola dan menentukan jenis usaha atau tempat atau waktu atau orang yang akan bertransaksi dengan Mudharib (Al-Fiqhul Muyassar, Hal:185-187).
Sistem pembagian hasil usaha dalam Mudlarabah ini adalah dengan perhitungan prosentase yang disepakati bersama dan tidak menggunakan standart jumlah uang. Dan laporan tentang pendapatan/laba dari Mitra kepada KSPP. SYARIAH. BMT NU bisa berupa laporan tertulis atau laporan secara lisan saja.
إعانة الطالبين - (ج 3 / ص 4)
(قوله فاعتبر ما يدل عليه ) أي الرضا من اللفظ وذلك لأن دلالة اللفظ على ما في النفس أقوى من دلالة القرائن فلا يقال إن القرائن تدل على الرضا
4. MUSYARAKAH
Syirkah, menurut bahasa, adalah ikhthilath (berbaur). Adapun menurut istilah syirkah (kongsi) adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja sama dengan tujuan memperoleh keuntungan. (Fathul Bari V: 129).
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan dalil hadits Nabi S.A.W berupa taqrir terhadap syirkah. Pada saat Baginda diutus oleh Allah sebagai nabi, orang-orang pada masa itu telah bermuamalat dengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad S.A.W membenarkannya. Sabda Baginda sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra: Allah ‘Azza wa jalla telah berfirman; Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya khianat, aku keluar dari keduanya. (HR. Abu dawud, al-Baihaqi dan ad Daruquthni).
Syeikh Sayyid Sabiq menjelaskan dalam kitabnya “Fiqhus Sunnah” terdapat beberapa jenis syirkah yang syar’i, yaitu:
a. Syirkah Inan: adalah syirkah yang mana dua pihak atau lebih, setiap pihak menyumbangkan modal dan sama-sama menjalankan kerja.
b. Syirkah Abdan: adalah perkongsian dua orang atau lebih yang hanya melibatkan tenaga (badan) mereka tanpa melibatkan perkongsian modal.
c. Syirkah wujuh : disebut Syirkah Wujuh kerana didasarkan pada kedudukan, keahlian atau kepercayaan (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak (misalnya A dan B) yang sama-sama melakukan kerja (amal), dengan pihak ketiga (misalnya C) yang mengeluarkan modal (mal).
d. Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inan, ‘abdan, mudharabah dan wujuh).
Syarat-syarat umum syirkah:
a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada orang lain.
b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas. Masing-masing patner harus mengetahui saham keuntungannya seperti 10 % atau 20 %.
5. GADAI (RAHN)
Secara bahasa; Ar-Rahn merupakan mashdar dari rahana-yarhanu-rahnan; bentuk pluralnya rihanun, ruhunun, artinya adalah ats-tsubut wa ad-dawam (tetap); juga berarti al-habs (penahanan). Imam Abu Zakariya al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahhab mendefenisikan rahn sebagai berikut: “menjadikan benda bersifat harta sebagai kepercayaan dari suatu utang yang dapat dibayarkan dari (harga) benda itu bila utang tidak dibayar.”Allah swt berfirman: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.” (QS al-Baqarah: 283).
Sedangkan Hukum Rahn, Para ulama bersepakat bahwa rahn dibolehkan, tetapi tidak diwajibkan sebab gadai adalah jaminan ketika kedua pelah pihak tidak saling mempercayai. Firman Allah SWT : Artinya : ” Akan tetapi, jika sebagaian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (utangnya).” Selain itu, perintah untuk memberikan jaminan sebagaiman dinyatakan dalam ayat tersebut dilakukan ketika tidak ada penulis, padahal hukum utang sendiri tidaklah wajib, begitu juga penggantinya, yaitu barang jaminan.
Selanjutnya, untuk mengetahui keaslian dan nilai dari barang jaminan (Marhun) , terlebih dahulu diperlukan adanya pengujian barang dan taksasi harga barang sesuai harga pasar yang berlaku pada saat melakukan akad rahn. Biaya yang ditimbul akibat kegiatan pengujian dan taksasi barang rahn yang berhubungan dengan kemaslahatan barang jaminan(Marhun) ditanggung oleh pemiliknya (Rahin) selama biaya tersebut sesuai dg standart biaya yang berlaku. Hal ini sesuai dengan dalil sebagai berikut :
روضة الطالبين - (ج 4 / ص 93)
مؤنة الرهن التي يبقى بها كنفقة العبد وكسوته وعلف الدابة على الراهن وفي معناها سقي الأشجار والكروم ومؤنة الجداد وتجفيف الثمار وأجرة الأصطبل والبيت الذي يحفظ فيه المتاع المرهون إذا لم يتبرع به من هو في يده وأجرة من يرد الآبق وما أشبه ذلك وحكى الإمام والمتولي وجهين في أن هذه المؤن هل يجبر عليها الراهن حتى يقوم بها من خالص ماله أصحهما الإجبار حفظا للوثيقة
الفقه الإسلامي وأدلته - (ج 6 / ص 152)
وإذا احتاج بيع المال المرهون إلى نفقات كانت على الراهن لأنه هوالمالك وهو ملزم بقضاء الدين والبيع نتيجة لعدم وفائه
Ketentuan - ketentuan pembiayaan Rahn yang berlaku di KSPP. SYARIAH. BMT NU sebagaimana berikut :
a. Mitra menyerahkan barang berharga kepada KSPP. SYARIAH. BMT NU sebagai jaminan dari utang yang akan dia terima. BMT NU menaksir barang tersebut dan memberi pinjaman 80% dari harga barang tersebut.
b. Biaya titip barang gadai adalah biaya tempat penjagaan untuk (akad rahn), atau termasuk sewa tempat keamanan dan penjagaan dalam (akad ijaroh).
c. Kerusakan yang sifatnya alamiah (rusak dengan sendirinya) adalah bukan tanggung jawab KSPP. SYARIAH. BMT NU. Apabila kerusakan atau hilang karena kelengahan pihak KSPP. SYARIAH. BMT NU, maka KSPP. SYARIAH. BMT NU akan bertanggung jawab.
d. Setelah pinjaman sampai pada jatuh tempo, dan belum dilunasi dalam waktu lima belas hari (dan dengan pengetahuan pemberi gadai) maka pihak KSPP. SYARIAH. BMT NU menjual barang gadai tersebut seesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. apabila orang yang menggadaikan tidak ada (ghaib), atau sejak awal disepakati untuk dijual maka KSPP. SYARIAH. BMT NU langsung menjualnya walaupun tanpa sepengetahuan rohin (Pemberi gadai). Jika hasil penjualan barang Rahn terdapat kelebihan uang, maka pihak KSPP. SYARIAH. BMT NU berkewajiban untuk mengembalikan kelebihan uang dimaksud kepada pemilik barang, dan Jika hasil penjualan barang Rahn terdapat kekurangan atas pembiayaan Rahn yang harus dibayar, maka Pihak Pemilik Barang Rahn berkewajiban untuk memberikan tambahan uang guna menutupi kekurangan dimaksud. Dan apabila dalam penjualan membutuhkan biaya, maka dibebankan kepada rohin (pemilik barang sekaligus sebagai Mitra).
e. Biaya untuk menaksir barang gadai adalah termasuk akad ijaroh (sewa). besarnya biaya taksir disampaikan ketika transaksi, sehingga kedua belah pihak sama-sama mengetahui besarnya. Biaya taksir ini dipungut karena dalam proses penaksiran membutuhkan alat uji dan benda khusus. Dan ini terkait dengan kebutuhan kebutuhan Mitra, sehingga KSPP. SYARIAH. BMT NU mengambil Biaya taksir dari pembiayaan Rahn.
إعانة الطالبين - (ج 3 / ص 48(
والرهن لغة الثبوت وشرعا جعل عين مال وثيقة بدين يستوفى منها عند تعذر وفائه
إعانة الطالبين - (ج 3 / ص 67)
(وقوله: يستوفى منها) أي يستوفي ذلك الدين من العين - أي من ثمنها - وهذا ليس من التعريف، بل بيان لفائدته. ومن - في قوله منها - للابتداء، لا للتبعيض، لانه يقتضي اشتراط أن تكون قيمة العين المرهونة زائدة على الدين، مع أنه لا يشترط.
فتح المعين - ( ص 75)
ويجوز للمرتهن بيعه في دين حال بإذن الراهن وحضرته، بخلافه في غيبته. نعم، إن قدر له الثمن: صح مطلقا، لانتفاء التهمة ولو شرطا أن يبيعه ثالث عند المحل: جاز بيعه بثمن مثل حال: ولا يشترط مراجعة الراهن في البيع، لان الاصل بقاء إذنه، بل المرتهن، لانه قد يمهل، أو يبرئ (وعلى مالكه) من راهن، أو معير له: (مؤنة) للمرهون - كنفقة رقيق، وكسوته، وعلف دابة، وأجرة رد آبق، ومكان حفظ، وإعادة ما يهدم إجماعا، خلافا لما شذ به الحسن.
فتح الوهاب - (ج 1 / ص 422)
كتاب الاجارة ...... وهي لغة اسم للاجرة وشرعا تمليك منفعة بعوض بشروط .
الفقه الإسلامي وأدلته ج.6 ص.147
مذهب الجمهور غير الحنفية في كيفية ضمان الرهن : لا يضمن الرهن عند جمهور الفقهاء إذا هلك بلا تعد ولا تقصير، وهو في يد المرتهن،وإنما يضمن بالتعدي أو التقصير، ولا يسقط شيء من الدين بتلف
الفقه الإسلامي وأدلته ج.6 ص.152
وإذا احتاج بيع المال المرهون إلى نفقات، كانت على الراهن؛ لأنه هوالمالك، وهو ملزم بقضاء الدين، والبيع نتيجة لعدم وفائه.
روضة الطالبين - (ج 4 / ص 93)
مؤنة الرهن التي يبقى بها كنفقة العبد وكسوته وعلف الدابة على الراهن وفي معناها سقي الأشجار والكروم ومؤنة الجداد وتجفيف الثمار وأجرة الأصطبل والبيت الذي يحفظ فيه المتاع المرهون إذا لم يتبرع به من هو في يده وأجرة من يرد الآبق وما أشبه ذلك وحكى الإمام والمتولي وجهين في أن هذه المؤن هل يجبر عليها الراهن حتى يقوم بها من خالص ماله أصحهما الإجبار حفظا للوثيقة
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
BARANG JAMINAN, BIAYA ADMINISTRASI, DENDA PEMBIAYAAN
DAN KEWAJIBAN ZAKAT KSPP. SYARIAH. BMT NU
A. BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN
Dari ketiga macam pembiayaan di KSPP. SYARIAH BMT NU (Al-Qardlul Hasan, Murabahah/BBA, Mudlarabah/Musyarakah) terbagi dua kategori, pinjaman dengan menggunakan jaminan dan pinjaman tanpa jaminan. Pinjaman dengan menggunakan jaminan adalah pinjaman diatas Rp. 500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah), adanya jaminan ini ditujukan agar mengikat secara emosional antara Mitra dengan KSPP. SYARIAH. BMT NU, dan juga sebagai penjamin keselamatan asset pemilik modal, hal ini didasarkan pada ayat Al-Qur’an:
وَإِن كُنتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُواْ كَاتِباً فَرِهَانٌ مَّقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُم بَعْضاً فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللّهَ رَبَّهُ وَلاَ تَكْتُمُواْ الشَّهَادَةَ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (البقررة :283)
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu´amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
إن النبي صلى الله عليه وسلم اشترى طعاما من يهودي إلى أجل ورهنه درعا من حديد
Artinya: “Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.(H.R. Bukhari)
B. BIAYA ADMINISTRASI DAN DENDA PEMBIAYAAN
KSPP. SYARIAH. BMT NU juga tidak mengenakan biaya administrasi pembiayaan Al-Qardlul Hasan, Murabahah/BBA,dan Mudlarabah/Musyarakah. Hal ini dikarenakan, biaya administrasi dalam pembiayaan tersebut bukanlah kepentingan yang terkait dengan kebutuhan Mitra, melainkan kebutuhan KSPP. SYARIAH. BMT NU, maka dari itu Dewan Syariah KSPP. SYARIAH. BMT NU memutuskan untuk tidak memberlakukan biaya Administrasi untuk pembiayaan Al-Qardlul Hasan, Murabahah/BBA, dan Mudlarabah/Musyarakah.
Disamping itu, KSPP. SYARIAH. BMT NU juga tidak memberlakukan sanksi/denda atas keterlambatan pembayaraan angsuran ataupun pelunasan semua jenis pembiayaan dengan membayar sejumlah uang, karena hal itu dilarang oleh agama.Larangan ini didasarkan pada Ijma' (kesepakatan Ulama') sebagaimana dalam keterangan:
حاشية الدسوقي - (ج 4 / ص 355)
ولا يجوز التعزير بأخذ المال إجماعا وما روي عن الإمام أبي يوسف صاحب أبي حنيفة من أنه جوز للسلطان التعزير بأخذ المال فمعناه كما قال البزازي من أئمة الحنفية أن يمسك المال عنده مدة لينزجر ثم يعيده إليه لا أنه يأخذه لنفسه أو لبيت المال كما يتوهمه الظلمة إذ لا يجوز أخذ مال مسلم بغير سبب شرعي أي كشراء أو هبة
محاضرات فى الفقه المقارن – البوطي ص 148-152
العقوبة باخذ المال ، اعلم ان هذه المسئلة ليست مما وقع فيه الخلاف بين الأئمة على نحو ما وقع فى المسائل السابقة التي درسناها فليس فيها مجال لأي بحث مقارن بين المذاهب . وأما المنع فأنت خبير بأن الأدلة العامة المتعلقة بأدلة النهي عن أخذ أموال الناس إلا بالحق تشمل هذه الصورة ، ما لم يأت دليل خاص يخرجها من دائرة العموم ويضعها ضمن دائرة ما أخذ بالحق إذ ما يؤخذ بالحق لا يعلم أنه كذلك إلا عن طريق الأدلة نفسها التي نهت عن الأخذ بالباطل إذا علمت هذا فقد قال الله عز وجل ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ) . وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( تعلمن أن كل مسلم أخ للمسلم وأن المسلمين إخوة فلا يحل لامرئ من أخيه إلا ما أعطاه عن طيب نفس منه ) وقد دلت نصوص الكتاب والسنة على انخصار وسائل التملك في الأسباب التالية : إحراز المباحات بشروطه المعروفة والعقود الشرعية بشروطها المعروفة والإرث حسب بيان الشريعة وتفصيلها المعروف والضمانات التي تستتبع الغصب والإتلاف والصدقات والهبات التي تكزن قائمة على محض الرضا القلبي، ولا داعي إلى أن نطيل بذكر النصوص الدالة على مشروعية التملك عن طريق هذه الأسباب إنما الذي ينبغي أن تنتبه إليه هو أنه لا يوجد أي نص أو دليل شرعي يضيف إلى هذه الأسباب سببا آخر هو التملك عن طريق إنزال العقوبات وإذا لم يوجد أي نص على هذا فلا شك أن هذا السبب يدخل في عموم النهي االأصلي ألا وهو النهي عن أخذ أموال الناس بالباطل
C. KEWAJIBAN ZAKAT KSPP. SYARIAH. BMT NU
Dengan melihat praktek pengelolaan modal dan tabungan yang disimpan oleh anggota di KSPP. SYARIAH. BMT NU serta pola pengembangan usaha yang diterapkan selama ini, maka semua dana di KSPP. SYARIAH. BMT NU tidak hanya modal Mudlarabah dari penabung tetapi juga bercampur dengan dana pinjaman, hibah atau lainnya yang disebut Al-Mal Al-Musytarok(tidak disebut Khiltoh). Dengan demikian kewajiban zakat bagi KSPP. SYARIAH. BMT NU secara kelembagaan terjadi khilaf diantara Ulama tetapi menurut syafi’e tetap wajib zakat. Walaupun KSPP. SYARIAH. BMT NU secara kelambagaan kewajiban zakatnya masih khilaf, akan tetapi bagi Anggota/Calon Anggota yang sudah memiliki tabungan sampai satu Nisab maka diwajibkan untuk mengeluarkan zakat.
Kewajiban zakat bagi KSPP. SYARIAH. BMT NU yang masih khilafiyah didasarkan pada:
بداية المجتهد - (ج 1 / ص 258)
وأما المسألة الرابعة : فإن عند مالك وأبي حنيفة أن الشريكين ليس يجب على أحدهما زكاة حتى يكون لكل واحد منهما نصاب وعند الشافعي أن المال المشترك حكمه حكم مال رجل واحد وسبب اختلافهم الإجماع الذي في قوله عليه الصلاة والسلام: ( ليس فيما دون خمس أواق من الورق صدقة ) فإن هذا القدر يمكن أن يفهم منه أنه إنما يخصه هذا الحكم إذا كان لمالك واحد فقط ويمكن أن يفهم منه أنه يخصه هذا الحكم كان لمالك واحد أو أكثر من مالك واحد إلا أنه لما كان مفهوم اشتراط النصاب إنما هو الرفق فواجب أن يكون النصاب من شرطه أن يكون لمالك واحد وهو الأظهر والله أعلم. والشافعي كأنه شبه الشركة بالخلطة ولكن تأثير الخلطة في الزكاة غير متفق عليه على ما سيأتي بعد
منهج الطلاب - (ج 1 / ص 27)
ولو اشترك اثنان من أهل زكاة في نصاب أوفى أقل ولأحدهما نصاب زكيا كواحد كما لو خلطا جوارا واتحد مشرب ومسرح ومراح وراع وفحل نوع ومحلب وناطور وجرين ودكان ومكان حفظ ونحوها لا حالب وإناء ونية خلطة
حاشية البجيرمي - (ج 2 / ص 17)
قوله ( ومكان حفظ ) صورتها أن يكون لكل واحد منهما نخيل وزرع في حائط أي بستان واحد أو كيس دراهم في صندوق واحد أو أمتعة تجارة في دكان واحد ولا يتميز عن الآخر بشيء مما سبق برماوي وكذا إذا أودعه جماعة دراهم لكل منهم دون نصاب ووضع الجميع في صندوق واحد مع تمييز دراهم كل فإذا بلغ المجموع نصابا فأكثر ومضى عليها حول وهي في الصندوق وجب عليهم زكاتها ووزعت على الدراهم ع ش
\
KESIMPULAN
1. Seluruh produk KSPP. SYARIAH. BMT NU (baik Tabungan maupun Pembiayaan) sudah sesuai dengan ketentuan Syar’i. Selain produk-produk tersebut didasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits juga didasarkan kepada pendapat para Ulama’ yang dinukil dari kitab-kitab yang refresentatif.
2. KSPP. SYARIAH. BMT NU yang tidak menerapkan Biaya Administrasi Pembiayaan dan Denda keterlambatan angsuran atau pelunasan pembiayaan perlu dipertahankan, karena penerapan biaya administrasi dilarang oleh sebagian ulama dan denda pembiayaan dilarang berdasarkan ijma’ para ulama, walaupun sebagian lembaga keuangan Syariah ada yang menerapkannya dengan pertimbangan dan paradigma berfikir yang berbeda, namun KSPP. SYARIAH. BMT NU harus mengikuti keputusan hukum yang ditetapkan oleh Dewan Syariah KSPP. SYARIAH. BMT NU
3. Kewajiban zakat bagi KSPP. SYARIAH. BMT NU masih terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama. Untuk itu, KSPP. SYARIAH. BMT NU memilih pendapat ulama yang tidak mewajibkan zakat, karena laba KSPP. SYARIAH. BMT NU telahdialokasikan kepada Fakir Miskin, Anak yatim Piatu dan anggota yang terkena musibah sebesar 10 % serta dialokasikan untuk membantu perjuangan Nahdlatul Ulama sebesar 10 %.
4. KSPP. SYARIAH. BMT NU Tidak menganut falsafah bunga dalam segala aktifitasnya, sehingga produk-produk yang dikembangkan lebih pada sistem jual-beli dan kemitraan bagi hasil, sehingga terhindar dari praktik riba yang diharamkan oleh Allah SWT.
0 komentar
KAMI MENGABDI TANPA BATAS MELAYANI DENGAN IKHLAS
PRINSIP KERJA KAMI: JUJUR. GIAT. IKHLAS