­

RAMADHAN KAREEM

Ramadhan berasal dari kata ramidha-yarmadhu yang berarti panas, membakar, bulan Ramadhan adalah bulan untuk membakar dan menghapus do...



Ramadhan berasal dari kata ramidha-yarmadhu yang berarti panas, membakar, bulan Ramadhan adalah bulan untuk membakar dan menghapus dosa-dosa, sedangkan Ramadhan sendiri adalah nama Bulan yang ke 9 (Sembilan) dalam Kalender Hijriyah, dimana pada bulan itu semua umat islam melakukan puasa wajib (Puasa Ramadhan) yang merupakan Rukun Islam yang ke Empat. bulan Ramadhan memiliki keutamaan dibanding dengan bulan lainnya, keutamaan tersebut adalah :
Pertama : Bulan diturunkannya al-Qur’an, bulan Ramadhan juga disebut Syahrul Qur’an (Bulan Al-Qur’an), Allah SWT. memuliakan dan memilih bulan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an. Dalam al-Qu’an : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-­penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah :185), maka dari itu, di bulan Ramadhan ini dianjurkan untuk mengagungkan Ramadhan dengan selalu menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, Sebagimana Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW. Mengagungkan Ramadhan dengan Al-Qur’an.
Kedua : dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan Syaitan dibelenggu (HR. Bukhari Muslim), Pintu surga dibuka sebagai petanda kesenangan surga yang akan banyak orang yang berbuat ibadah (Shalat, Zakat, Puasa, dan kebaikan lainnya) akan menempatinya, pintu neraka ditutup sebagai petanda bahwa sedikit orang mukmin yang melakukan Maksiat di Bulan Ramadhan. Syaitan dibelenggu dan tidak diberi kesempatan untuk mengganggu orang mukmin yang sedang berpuasa.
Ketiga : Dosa-dosa diampuni dan berlipat gandanya pahala kebaikan, Rasulullah bersabda : “ barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa - dosanya yang telah lalu “ ( HR: Bukhari dan Muslim ), “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR. Muslim)
Keempat : Lailatul Qadr (malam kemuliaan) adalah suatu malam diantara malam-malam di bulan Ramadhan, yang mana malam tersebut memiliki banyak sekali keberkahan dan kemuliaan, bahkan satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Dan pada malam keberkahan tersebut al-Qur’an diturunkan :“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar “ ( Al Qadr : 1-5 )
Kelima : Bulan penuh berkah, Rasulullah bersabda : “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah“ (HR : An Nasai), bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan dimana amal baik akan dilipatgandakan pahalanya, dan do’a-do’a orang muslim pada siang dan malam bulan Ramadhan dikabulkan.
Dari beberapa keutamaan bulan Ramadhan ini marilah kita laksanakan puasa dan ibadah lainnya dengan penuh khidmat dan kesungguhan, dengan harapan kita akan mendapatkan Title yang telah Allah sebutkan dalam al-Qur’an yaitu “Taqwa”, dan semoga kita bisa memanfaatkan Bulan Ramadhan dengan menyibukkan diri dengan memperbanyak ibadah dan kebaikan-kebaikan sehingga kita bukan termasuk orang yang menyesal di kemudian hari karena telah menyia-nyiakan bulan yang penuh berkah dan ampunan.    
Dalam al-Qur’an : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-­orang yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-­penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia ber­puasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggal­kan itu pada hari-hari yang lain. Allah meng­hendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak meng­hendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan (bulan) itu dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberi­kan kepada kalian supaya kalian bersyukur.” [Al-Baqarah: 181-185]
Ayat tersebut menunjukkan dasar kewajiban Puasa Ramadhan bagi umat Muslim, dan tujuan pelaksanaan puasa adalah untuk mencapai ketakwaan. Namun terkadang dalam puasa ini  masih ada orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus  namum tidak mendapatkan pahala puasa.
Dalam sebuah Hadits : “Betapa banyak orang berpuasa namun balasan dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga semata. Dan betapa banyak orang melakukan shalat malam (tarawih dan witir) namun balasannya dari shalatnya hanyalah begadang menahan kantuk semata.” (HR. Ahmad). Semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam tersebut.
Imam Ghazali dalam Ihya’ menyebutkan macam-macam tingkatan orang berpuasa, tingkatan tersebut adalah puasa orang awam (Shaumul ‘Aam), puasa khusus (Shaumul Khusus) dan puasa sangat khusus (Shaumul Khususil Khusus).
Pertama, Puasanya orang awam adalah menahan perut dan kemaluan dari menunaikan syahwat. Maksudnya, puasa umum atau puasa orang-orang awam adalah sekedar mengerjakan puasa menurut tata cara yang diatur dalam hukum syariat. Seseorang makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari itu, lalu menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan badan dengan suami atau istrinya sejak dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Jika hal itu telah dikerjakan, maka secara hukum syariat ia telah melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan. Puasanya telah sah secara dzahir dari segi ilmu fikih.
Kedua, Puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa. Tingkatan puasa ini lebih tinggi dari tingkatan puasa sebelumnya. Selain menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan suami istri, tingkatan ini menuntut orang yang berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari dosa-dosa, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Tingkatan ini menuntut baik dzahir maupun batin untuk senantiasa berhati-hati dan waspada. Tingkatan puasa ini adalah tingkatan orang-orang shalih.
Ketiga, Puasa sangat khusus adalah berpuasanya hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain Allah secara totalitas. Tingkatan ini adalah tingkatan puasa yang paling tinggi, sehingga paling berat dan paling sulit dicapai. Selain menahan diri dari makan, minum dan berhubungan, serta menahan seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang puasa untuk selalu fokus pada akhirat, memikirkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua tujuan untuk Allah semata.
Puasanya hati dan pikiran, itulah hakekat dari puasa sangat khusus. Puasanya hati dan pikiran dianggap batal ketika ia memikirkan hal-hal selain Allah, hari akhirat dan berfikir tentang (keinginan-keinginan) dunia, kecuali perkara dunia yang membantu urusan akhirat. Inilah puasa para nabi, shiddiqin dan muqarrabin. Semoga kita termasuk golongan yang kedua atau bahkan bisa sampai pada golongan yang ketiga, amin..

Memuji dengan mengucap Alhamdulillah, sebagai rasa syukur atas segala nikmatnya yang sangat banyak dan luas, dan shalawat serta salam senantiasa semoga terus mengalir kepada baginda Rasulillah Muhammad Ibn Abdillah SAW.
Para pembaca yang budiman, dalam menghadapi bulan suci ramadhan BMT NU tetap melayani anggota sebagaimana biasa hal ini sebagai upaya meningkatkan kualitas ekonomi, dan menambah pahala di bulan suci, namun khusus di bulan Puasa ini waktu pelayanan BMT NU berubah, yaitu mulai 07:30 sampai 15:00, kami mohon maaf, dan agar dimaklumi adanya. (Buletin Bulanan Attabayyun)

You Might Also Like

0 komentar

KAMI MENGABDI TANPA BATAS MELAYANI DENGAN IKHLAS
PRINSIP KERJA KAMI: JUJUR. GIAT. IKHLAS


Flickr Images