PENGALAMAN NU DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WARGANYA

B erdirinya NU pada tahun 1926 salah satunya adalah didasari oleh semangat mengembangkan ekonomi kerakyatan. Hal ini dapat terliha...


B
erdirinya NU pada tahun 1926 salah satunya adalah didasari oleh semangat mengembangkan ekonomi kerakyatan. Hal ini dapat terlihat sebelum secara formal NU berdiri, terlebih dahulu ada kelompok yang bernama nahdlatut tujar (‘kebangkitan ekonomi’). Hal ini tidak lepas dari keinginan untuk mengembangkan perekonomian, agar umat Islam, khususnya warga NU, terlepas dari kemiskinan. Karena Warga Nahdliyin mayoritas dari mereka berada digaris kemiskinan.
Ironisnya, Pada usianya yang  ke-84, NU masih seringkali melupakan ekonomi warganya dan masih belum terbebas dari godaan politik praktis. Secara kasat mata NU telah terlibat dalam politik praktis, bukan politik kebangsaan sebagaimana diamanatkan dalam Khitah 1926 dan ditegaskan kembali dalam Muktamar 1984.  Hal tersebut bukanlah tanpa sebab, melainkan akibat dari ketidak mandirian NU sebagai kelompok masyarakat sipil. Seolah-olah ada kaidah yang mengatakan, jika tidak bermain mata dengan kekuasaan, NU akan terpuruk dalam lumpur kegagalan. Padahal untuk meningkatkan  kemandirian NU dapat dilakukan dengan jalan  yang lebih terhormat   salah satunya melalui Gerakan ekonomi Kerakyatan yang diyakini mampu mengantarkan NU secara kelembagaan menyentuh wilayah kemandirian serta kesejahteraan warganya. Misalnya, program Perekonomian, Jasa keuangan, pertanian dan kelautan yang selama ini merupakan realitas dari basis warga NU hampir tidak disentuh dengan serius. Akhirnya mereka disentuh kelompok lain yang memang mempunyai kapasitas dan modal untuk melakukan itu.
Sejatinya  NU dapat menggaungkan kembali semangat nahdlatut tujar ; Warga NU mempunyai potensi yang sangat besar dalam bidang ekonomi. Tetapi mengapa kita masih berada di "pinggiran" dalam peta perekonomian? Salah satu penyebabnya adalah belum adanya kesadaran bersama untuk melakukan gerakan ekonomi secara berjama'ah untuk memaksimalkan potensi warga NU yang besar itu.
Usaha yang selama ini digeluti oleh masyarakat kecil yang nota bene warga Nahdliyin telah tercabik – cabik dengan kekuatan para pemodal besar yang senantiasa menghadang langkah mereka. Mereka tertatih melangkah, mempertahankan hidup dan akhirnya kehabisan tenaga saat merengkuh cita-cita. Mereka memang tumbuh, tapi kerap layu hingga sukar berkembang. Kita tak akan paham dengan lakon mereka yang mungkin cuma indah dilantunkan di pentas sinetron. Kita juga tak bisa menuansai getar jiwa mereka yang terkoyak. Sementara rentenir dan tengkulak diam-diam telah melumat mereka. Akhirnya pendar mata mereka hanyalah kegetiran. Semuanya telah diremas. Semua telah dicabut. Pedih  menatap  sosok   mereka.   Ya Rasullullah SAW,  malu kami mendengar pesanmu, " Bisakah  kita tidur nyenyak, sementara tetangga disebelah tengah kelaparan?"
Oleh saat itu, sudah saatnya NU bangun dari tidur panjangnya yang telah lama melupakan gerakan ekonomi kerakyatan dan terlena dengan politik praktis. NU Sebagai jam’iyah yang memiliki anggota sangat besar, memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian yang memungkinkan terwujudnya collective efficiency sebuah pola pengembangan ekonomi warga dengan model mengembangkan efisiensi bersama   mulai dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang bercorak jasa keuangan, produksi, perdagangan, sampai konsumsi.  Dalam literatur islam kita mengenal dengan istilah Mudlarabah Ta’awuniyah.
Model ini dapat dilakukan oleh NU dengan mempertemukan komunitas usaha kecil dan menengah  milik warga NU untuk membetuk usaha bersama baik berbentuk Koperasi, Lembaga Usaha, joint venture dan semacamnya. Dengan format ini diharapkan tercipta  sebuah sharing  dibidang permodalan, tekhnologi dan pemasaran.  Dengan model semacam tersebut, maka modal yang kecil akan terkumpul menjadi satu modal yang besar dalam sebuah wadah bersama yang akan mampu mengalahkan modal besar yang hanya dimiliki oleh satu orang.

Salah satu pengalaman NU dalam mengembangkan ekonomi warganya yang perlu kita contoh - sepanjang penulis ketahui - antara lain : Pertama ; MWC NU Pragaan dengan usaha pertokoan grosirnya telah mampu meningkatkan omzet toko peracangan yang dimiliki oleh warganya dan secara bersamaan meningkatnya tingkat kemandirian dana Operasional MWC NU Pragaan. Kedua; MWC NU Ambunten telah mampu menggerakkan ekonomi warganya  melalui peningkatan kesadaran bersama tentang pentingnya permodalan bersama dengan menggalakkan usaha simpan pinjam dikalangan warga NU.  Ketiga ; NU Ranting Gapura Timur  telah melakukan usaha budi daya sapi bagi warga NU yang  tidak mampu. Keempat ; MWC NU  Gapura dengan BMT NU-nya telah mampu mengembangkan model  collective efficiency  dibidang jasa keuangan syariah. Kehadiran BMT NU Gapura telah mampu menyelamatkan warga NU dari lumatan para rentenir.  Dengan modal Rp. 400.000 pada  awal berdirinya hingga tahun 2010 sudah mampu mengumpulkan dan mengelola dana warga NU sebesar 2 milyard lebih. Dari 18 anggota pada awal berdirinya  kini sudah memiliki 1.914 orang anggota dari 7 kecamatan di wilayakan Kabupaten Sumenep.
Mengapa BMT NU Gapura dapat berkembang dengan pesat? Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan, antara lain di samping system yang dipakai tidak lagi menggunakan bunga, akan tetapi dengan system bagi hasil, juga pengguna jasa tabungan maupun pembiayaan adalah mayoritas pengusaha berskala mikro, sehingga kehadiran lembaga ini sangat menguntungkan warga nahdliyyin yang memerlukan modal usaha yang bebas dari unsur riba, di tengah-tengah maraknya bank harian (pinjaman keliling tanpa jaminan dengan bunga yang cukup tinggi). Disamping itu, para pengelola  telah mampu meyakinkan warga NU bahwa dana yang mereka tabung aman dan menentramkan karena benar – benar dikelola dengan amanah, professional dan bebas dari praktik bunga/riba  yang diharamkan. Sehingga sejak tahun 2007  BMT NU Gapura benar- benar mendapatkan kepercayaan dari warga NU sebagai satu-satunya Lembaga Keuangan  milik MWC NU Gapura yang bonafide dan marketable. Dan yang yang lebih penting adalah, berdirinya BMT NU Gapura ini telah memberikan keuntungan ganda yakni membantu keuangan warga nahdliyyin untuk memperkuat modal dan sangat bermanfaat bagi kebesaran organisasi warisan para ulama di bawah payung Nahdlatul Ulama. Setidaknya, kehadiran BMT NU Gapura telah membuat organisasi tidak lagi mengalami banyak kesulitan di bidang pendanaan. Kontribusi kepada Nahdlatul Ulama secara rutin telah memacu semangat warga nahdlyyin untuk berbondong - bondong menjadi nasabah BMT NU Gapura.
Sukses Pengalaman NU dalam mengembangkan ekonomi warganya tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa perjuangan dibidang ekonomi benar – benar sangat urgen  untuk kita kembangkan secara bersama – sama sebagai sebuah gerakan berjamaah  dalam upaya menyelematkan umat NU dari jeratan rentener dan mengangkat perekonomian mereka menuju terciptanya kesejahteraan umat yang mardhatillah. Dengan demikian lahan perjuangan Nahdlatul ulama tidak hanya berkutat pada bidang social keagamaan akan tetapi juga merambah wilayah social ekonomi.
Semoga Warga NU selamat dari Sabda nabi   Kaada al - faqru an yakuuna kufron  â€œ hampir saja orang  Fakir menjadi Kafir ”, ataupun ungkapan Sayyidina Ali Bahwa  dua musuh besar yang paling ditakuti adalah Kemiskinan dan Kebodohan.
Saatnya warga NU berdaya  dan menjadi leader perekonomian bukan menjadi budak didaerahnya sendiri, sementara orang lain menjadi majikan, naudzu billahi min dzalik. Semoga Bermanfaat. Amien
Oleh : Masyudi *) direktur utama BMT NU

You Might Also Like

0 komentar

KAMI MENGABDI TANPA BATAS MELAYANI DENGAN IKHLAS
PRINSIP KERJA KAMI: JUJUR. GIAT. IKHLAS


Flickr Images